Tentang Ilmu


Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5
:


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5

Artinya:(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis". Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al Mujaadilah: 11)

Sabda Rasulullah SAW: "Tiadalah suatu kebahagiaan bagi orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, selain Allah SWT akan memudahkan jalannya ke surga."


Jumat, 22 Februari 2013

FILSAFAT CINA





Konfusius Mengajarkan Cinta, Etika
dan Arti Memerintah



Lebih dari duaribu tahun yang lalu, Konfusius atau Kong Hu-Cu (551 SM – 479 SM) lahir kedunia dan membawa ajaran cinta, keramahtamahan dan sopan santun. Dilahirkan di kota kecil Lu (kini termasuk provinsi Shantung di timur laut daratan Cina) dia telah ditinggal mati ayahnya dalam usianya yang masih muda, sehingga harus hidup sengsara bersama ibunya. Sebagai seorang filsuf besar Cina yang belajar sendiri (otodidak), Kong Hu-Cu memberikan pengaruh yang amat besar dalam kebudayaan bahkan sikap hidup (way of life) bangsa Cina, yang perngaruhnya terasa sampai ke Jepang, Korea dan bahkan Vietnam. Ajarannya yang kemudian dikenal dengan Konfusianisme menjadi seolah sinonim dengan pelajaran tentang Cina, dan bagi sebagian orang dianggap sebagai agama.

Periode antara tahun 550 SM sampai 200 SM dalam sejarah dikenal jaman klasik, yang melahirkan “ratusan filsuf”, yang secara umum terbagi atas enam mazhab: Konfusianisme, Taoisme, Moisme, mazhab Yin-Yang, Dialektika dan Legalisme. Ajaran utama konfusianisme adalah “yen” dan “li”. Yen secara umum diartikan sebagai cinta, atau lebih luas lagi keramahtamahan. Sedangkan li dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun. Nilai-nilai lainnya dalam ajaran Konfusius adalah kebajikan dan kebenaran.

Dalam kehidupan bermasyarakat, kualitas moral dari seorang manusia yang ideal juga termasuk yang memiliki kualifikasi kepemimpinan. Gagasan tentang seni memerintah, yang termasuk didalamnya adalah mengatur sesuatu dengan benar, adalah hal yang sudah dikenal sejak sebelum ajaran Konfusius. Akan tetapi Konfusius menyempurnakannya dengan pertama-tama mendahulukan karakter pribadi yang harus benar terlebih dahulu. Dalam menjawab pertanyaan tentang pemerintahan yang baik, Konfusius mengatakan: “Memerintah adalah mengatur segalanya menjadi benar. Apabila anda memulai diri sendiri dengan benar, siapa yang akan berani untuk menyimpang dari kebenaran?“

Ajaran Konfusius adalah arah menuju sifat-sifat ideal manusia sebagai individu maupun dalam masyarakat. Ajaran ini lebih mudah difahami melalui perjalanan hidup sang filsuf. Konfusius mengatakan: “pada umur 15 tahun aku siapkan hatiku untuk belajar; pada usia 30 aku merasa diriku sudah mapan; mencapai usia 40 aku tidak punya keraguan lagi dalam diriku; saat berumur 50 aku tahu wasiat Surga; sewaktu berumur 60 aku siap mendengar itu; pada umur 70 aku bisa mengikuti keinginan hatiku tanpa harus mendahului kebenaran”.

Michale Hart, dalam bukunya Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, menempatkan Konfusius dalam urutan kelima setelah Nabi Muhammad, Isaac Newton, Nabi Isa dan Buddha. Pengaruh ajaran Konfusius memang amat besar, tapi terbatas pada wilayah Asia Timur. Meskipun demikian, pengaruhnya terhadap dunia barat juga ada, yang berbekas pada pemikiran-pemikiran Leibniz dan Voltaire.

Di akhir hayatnya Konfusius merasa tidak banyak memberikan arti dan sumbangan pemikiran bagi rakyatnya. Tapi sejarah membuktikan yang sebaliknya. Pada masa dinasti Ch’in tahun 221 SM, Konfusianisme pernah dilarang. Kaisar Shig Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch’in membabat habis pengaruh Konfusianisme dan memenggal mata rantai yang menghubungkannya dengan masa lampau. Tapi pengaruh Konfusianisme tidak luntur, bahkan tumbuh semakin subur. Pada masa dinasti Han (206 Sm – 220 SM), Konfusianisme bahkan menjadi filsafat resmi negara.

Kini, lebih dari 2000 tahun setelah kelahiran Konfusianisme, ajaran-ajarannya masih terasa relevan dalam situasi sekarang. Tidak hanya bagi masyarakat Cina, tapi juga bagi kita yang merasa kebenaran seolah bersembunyi entah dimana, bagi masyarakat kita yang rasa cinta, keramahtamahan dan sopan santun seolah menghilang dari lubuk hati. Cinta, keramahtamahan dan sopan santun yang kita warisi dari leluhur kita sendiri seolah hilang tanpa bekas. Jadi, tidak ada salahnya belajar kebajikan sebagai nilai-nilai kemanusiaan yang universal, meskipun itu datangnya dari negeri Cina.

Konfusius merupakan sebutan atau nama latin dari seseorang yang di Cina dikenal dengan Kong Fu-tze. Kong Fu-tze sendiri merupakan panggilan kehormatan yang diberikan kepadanya. Sedangkan namanya sendiri adalah Kong Chiu. Kong merupakan nama marga atau nama keluarganya, sedangkan namanya sendiri adalah Ch’iu (artinya bukit). Ia dilahirkan pada 551 SM di desa Ch’ang Ph’ing, di Qufu negara feodal Lu, di masa pemerintahan dinasti Zhou. Pada bagian ini, kita akan melihat bersama tentang kehidupan Konfusius dan latar belakang keluarganya.

Di dalamnya kita bisa melihat perjalanan hidupnya dari lahir hingga kematiannya, situasi sosial yang melatarbelakangi gagasan dan ajaran-ajarannya, serta karakter pribadi Konfusius. Dengan ini, kita bisa semakin mengenal Konfusius dan dengan begitu hal ini akan membantu kita dalam memahami ajaran dan gagasan-gagasannya.

Suatu hari, salah seorang murid Konfusius, Zi Lu, dengan pakaian yang bagus dan berlagak pamer datang mengunjungi Konfusius.Konfusius bertanya padanya, "Zhongyou (nama panggilan Zi Lu), apa yang sedang kamu banggakan? Ketika Sungai Yangtze mengalir dari Pegunungan Min, kekuatan arusnya sangat terbatas sehingga hanya dapat membawa bejana kosong. Namun ketika tiba di laut kekuatannya menjadi sangat besar sehingga mudah membalikkan sebuah perahu yang berusaha melintasinya. Apakah karena sungai memiliki lebih banyak cabang hilir?"

"Sekarang Anda, dengan berpakaian seperti ini dan merasa bangga, kelihatannya telah siap memerintah orang-orang di sekitar yang akan berani mengatakan kekurangan Anda kepada Anda." Zi Lu segera berbalik ke luar ruangan dan kembali setelah mengganti pakaian dengan dandanan yang lebih sederhana. Konfusius berujar, "Zhongyou, ingatlah bahwa mereka yang berbicara terlalu banyak sebenarnya bukan orang pandai, mereka yang suka pamer adalah orang sombong, dan mereka yang tidak dapat mengendalikan kepandaian mereka adalah manusia tanpa kebajikan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar